Jumat, 24 Mei 2013
Morfologi Tumbuhan ( Bunga )
BUNGA(
FLOS )
Alat perkembangbiakan pada tumbuhan dibedakan dalam dua golongan,
yaitu yang bersifat vegetatif dan yang generatif. Alat perkembangbiakan
generatif tersebut bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenis tumbuhan,
tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian
tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Pada bunga inilah terdapat
bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa persarian (penyerbukan) dan
pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang disebut buah, yang di dalamnya
terkandung biji dan biji inilah yang nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan
baru.
Jumlah Bunga dan tata letaknya pada suatu tumbuhan
Menurut tempatnya pada tumbuhan bunga dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1.
Bunga pada ujung batang (flos terminalis)
contohnya kembang merak
2.
Bunga diketiak daun (flos lateralis)
contohnya kembang sepatu
Menurut jumlahnya pada tumbuhan bunga dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
Tumbuhan berbunga tunggal
Tumbuhan yang hanya mempunyai satu bunga saja dinamakan tumbuhan
berbunga tunggal (planta uniforal).
Sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta
multifloral). Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari
:
a.
Tangkai bunga (pedicellus)
b.
Dasar bunga (receptaculum)
c.
Hiasan bunga (perianthium)
d.
Alat-alat kelamin jantan (androecium)
e.
Alat-alat kelamin betina (gynaecium)
Bagian-bagian hiasan bunga pada umumnya tersusun dalam lingkaran,
yaitu :
1.
Kelopak (calyx)
2.
Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla)
Pada suatu bunga sering kita dapati tidak ada hiasan bunganya.
Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), atau hiasan bunga yang tidak adapat dibedakan dalam
kelopak atau mahkotanya, dengan kata lain kelopak dan mahkota sama baik bentuk
dan warnanya. Hiasan bunga yang demikian dinamakan tenda bunga (perigonium).
Berdasarkan bagian-bagian yang terdapat pada bunga kecuali tangkai
dan dasar bunga, maka bunga dapat dibedakan dalam :
1.
Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus)
2.
Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos in-completus)
Bunga
adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna, dan
susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini
dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan
alat-alat perkembangbiakan. Sifat-sifat bunga yang amat menarik, yaitu :
1.
Bentuk
bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya.
2.
Warnanya.
3.
Baunya.
4.
Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
2.Tumbuhan Berbunga Banyak
Suatu bunga majemuk
harus dapat dibedakan cabang-cabang yang mendukung sejumlah bunga di ketiaknya.
Pada suatu bunga majemuk sumbu yang mendukung bunga-bunga yang tidak lagi
berguna sebagai alat untuk asimilasi. Walaupun demikian menurut kenyataannya
seringkali tidak mudah untuk membedakan suatu bunga majemuk dari cabang yang
mempunyai bunga-bunga di ketiaknya.
Pada suatu bunga
majemuk lazimnya dapat dibedakan bagian-bagian berikut:
A.
Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu:
1.
Ibu tangkai bunga (pedunculus)
2.
Tangkai bunga (pedicellus)
3.
Dasar daun (receptaculum)
B.
Bagian-bagian yang bersifat seperti daun:
- Daun-daun pelindung (bractea)
- Daun tangkai (bracteola)
- Seludang bunga
- Daun pembalut (bracteole involucralis)
- Kelopak tambahan (epicalix)
- Daun kelopak (sepalae)
- Daun mahkota/ tajuk (petalae)
- Daun tenda bunga (tepalae)
- Benang sari (stamina)
- Daun buah (carpella)
Pada bunga majemuk ibu tangkainya ada yang dapat mengadakan
percabangan dan ada pula yang tidak. Ibu tangkai bunga yang tidak bercabang dan
tidak berdaun sering disebut sumbu bunga (scapus). Ibu tangkai yang bercabang
memperlihatkan cara percabangan yang bermacam-macam, selain itu jumlah cabang,
dan panjangnya jika dibandingkan dengan ibu tangkai serta susunan cabang-cabang
berpengaruh pula terhadap urutan mekarnya masing-masing bunga pada suatu bunga
majemuk. Oleh karena itu bunga majemuk dapat dibedakan dalam 3 golongan yaitu :
1) Bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia
racemusa botryoides centripetala)
Bunga majemuk tak
terbatas terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Ibu tangkainya tidak bercabang-cabang
sehingga bunga (bertangkai atau tidak) langsung terdapat pada ibu tangkainya,
seperti:
1. tandan,
bunga bertangkai nyata pada ibu tangkainya, contohnya kembang merak
2. Bulir,
seperti tandan tapi bunga tidak bertangkai contohnya bunga jarong
3. untai,
seperti bulir tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga-bunga yang berkelamin
tunggal dan runtuh seluruhnya, hanya mendukung bunga jantan dan betina menjadi
buah, contohnya sirih.
4. Tongkol,
seperti bulir tapi ibu tangkainya besar tebal seringkali berdaging contohnya pada bunga iles-iles.
5. Bunga payung, bunga yang dari ujung ibu tangakai nya mengeluarkan
cabang-cabang yang sama panjang, seperti daun-daun pembalut contohnya daun kaki
kuda
6. Bunga cawan , suatu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya lalu melebar
dan merata sehingga mencapai seperti cawan. Bunga cawan lazimnya dibagi menjadi
dua yaitu:
a)
Bunga pita , bunga yang mandul terdapat
sepanjang tepi cawan.
b)
Bunga tabung, bunga yang terdapat diatas
cawannya sendiri, sering kali berbentuk seperti tabung.
Contoh bunga cawan ini ialah bunga matahari.
7. Bunga bongkol , bunga majemuk yang menyerupai bunga cawan , tetapi tanpa
daun-daun pembalut dan ujung ibu tangkainya biasanya membengkak sehingga
membentuk seperti bola. Contohnya pada lamtoro
8. Bunga periuk bunga ini dibedakan menjadi dua bentuk yaitu.
a) Ujung ibu tangkainya menebal , berdaging mempunyai bentuk seperti gada,
sedangakan bunga-bunga yang terdapat meliputi seluruh bagian yang menebal
sehingga mencapai bentuk bulat contohnya pada keluwih
b) Ujung ibu tangakai menebal berdaging, membentuk badan menyerupai periuk,
sehingga bunga yang semestinya terletak padanya, contohnya awar-awar.
c) ibu tangakai bercabang-cabang dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi,
sehingga bunga-bunga tidak terdapat pada ibu tangkai, seperti berikut ini:
a)
Malai , ibu tangkainya mengadakan percabangan
secara monopodial, demikian pula cabang-cabangnya sehingga dinamakan dengan
suatu tandan majemuk, terkadang bentuknya seperti kerucut atau limas, misalnya
pada mangga.
b)
Malai rata, ibu tangkainya mengadakan percabangan
demikian pula seterusnya tetapi cang-cabangnya mempunyai sifat sedemikian rupa
seakan-akan bunga majemuk ini terdapat pada suatu budang datar atau agak
melengkung seper ti pada asoka.
c)
Bunga payung majemuk, yaitu suatu bunga
payung yang bersusun dapat pula dikatakan sebagai bunga payung, pangkal
percabangan pertama terdapat daun pembalut demikian juga cabang berikutnya
hanya terdapat daun-daunnya lebih kecil, misalnya pada wortel.
d)
Bunga tongkol majemuk, bunga bonggol yang ibu
tangkainya bercabang-cabang yang setiap cabangnya tersusun seperti tongkol.
Contohnya pada kelapa dan palma.
e)
Bulir majemuk, jika ibu tangkai bunga
bercabang-cabang dan setiap cabangnya mendukung bunga-bunga seperti bulir,
contohnya pada bunga jagung yang jantan.
2) Bunga majemuk
berbatas (inflorescentia cymosa
centrifuga defitina)
a.
Anak payung mengarpu, pada ujung ibu
tangkainya terdapat satu bunga, dibawahnya terdapat dua cabang yang sama
panjang yang mendukung buynga pada ujungnya contohnya pada bunga melati. Ada
pula ketika anak payung bercabang lagi seperti bentuk anak payung menggarpu
yang majemuk seluruhnya terdiri atas tuju bunga, contohnya pada clematis.
b.
Bunga tangga atau bunga bercabang seling,
suatu bunga mejemuk yang ibu tangkainya
bercabang dan selanjutnya cabangnya bercabang lagi tapi setiap kali bercabang
hanya berbentuk satu cabang saja yang arahnya kekiri dan kekanan contohnya pada
bunga buntut tikus.
c.
Bunga sekerup, ibu tangkainya
bercabang-cabang taetapi pada setiap cabang hanya membentuk satu cabang yang semuanya
terbentuk kekiri atau kekanan, dan cabang yang satu berturut-turut membentuk
sudut 900, sehingga arah percabangannya seperti spiral atau sekerup
contohnya pada bunga kenari.
d.
Bunga sabit, seperti bunga sekerup tapi semua
percabangan terletak pada satu bidang seperti
tumbuhan suku juncaceae.
e.
Bunga kipas, seperti bunga bercabang seling
semua percabangan terletak pada satu bidang yang tidak sama panjang, sehingga
bunga majemuk tersebut berada ditempat yang sangat tinggi, contohnya pada suku iridaceae.
3) Majemuk
campuran (inflorescentia mixta).
Merupakan campuran antara sifat-sifat bunga
majemuk berbatas dan tidak berbatas misalnya bunga johar.
4). Lain-lain tipe bunga majemuk
a) Gubahan semu atau karangan semu, pada bunga ini tampaknya seperti ibu
tangkai berbuku-bukunya terdapat sejumlah bunga yang tersusun berkarang
melingkari buku-buku, misalnya pada tumbuhan remujung.
b) Lembing, jika cabang-cabang ibu tangkainya yang sebelah bawah jauh lebih
panjang dari pada ibu tangkai dan cabang-cabang yang diatasnya terdapat pada juncus dan luzula.
c) Tukal, bunga majemuk yang bersifat berbatas yang terdiri atas kelompokan
bunga-bunga kecil tidak bertangkai yang tersusun rapat pada cabang-cabang bunga
mejemuknya misalnya pada rami.
d) Berkas, bunga majemuk yang umumnya bersifat berbatas dengan ibu tangkai
yang pendek bunga lebih besar dari pada tukal tangkai tidak sama panjang,
warnanya menarik misalnya pada jadam (Rhoeo
Discolor Hance).
BAGIAN-BAGIAN BUNGA
a. Tangkai bunga, yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang,
seringkali terdapat daun-daun peralihan yaitu bagian-bagian yang menyerupai
daun.
b. Dasar bunga, yaitu ujung tangkai yang sering kali melebar dengan ruas-ruas
yang pendek sehingga daun yang telah bermetamorfosis menjadi bunga duduk rapat
disatu sama lain.
c. Hiasan bunga, bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang tampak
berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang sama jelas yang
tersusun atas dua lingkaran:
1.
Kelopak (Sepal), Keseluruhan
daun kelopak disebut kaliks (calix). Bagian hiasan
bunga pada lingkaran luar.
2.
Mahkota (Petal), Keseluruhan
petal (daun mahkota) disebut korola (corola). Bagian hiasan bunga pada lingkaran dalam, warna bagian ini merupakan warna
bagian bunga.
3.
Tenda bunga
(tepal), hiasan bunga yang tidak bisa dibedakan kelopak atau mahkotanya,
misalnya kembang sungsang.
d.
Alat –alat
kelamin jantan
Merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk
sari, terdiri atas sejumlah benang sari (stamen) pada benang-benang sarinya
dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun satu lingkaran ada juga
yang dalam dua lingkaran.
e.
Alat-alat
kelamin betina
Merupakan bagian yang biasanya disebut putik, yang terdiri atas
metamorfosis daun yang disebut daun buah atau carpella.biasanya kalo ada beberapa daun buah semuanya akan
tersusun sebagai lingkaran bagian bunga terakhir.
Berdasarkan bagian – bagian
bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.
Bunga lengkap
atau bunga sempurna, terdiri atas kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah.
Bunga yang bagian – bagiannya tersusun
dalam empat lingkaran dikatakan tetrasiklik.
Jika tersusun atas lima lingkaran disebut pentasiklik.
2.
Bunga tidak
lengkap atau bunga tidak sempurna, jika salah satu bagian hiasan bunganya atau
salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak memiliki hiasan bunga
maka bunga itu di sebut telanjang. Jika bunga hanya mempunyai satu kelamin maka
disebut berkelamin tunggal. Bunga yang hanya mempunyai tenda bunga sering di
anggap di anggap tidak lengkap pula.
Kelamin bunga
Bunga biasanya mempunyai dua alat kelamin, dan justru alat - alat itulah yang menjadi bagian bunga yang
terpenting. Berdasarkan alat kelamin, masing – masing bunga dapat dibedakan
menjadi:
a.
Bunga banci
atau berkelamin dua yaitu, bunga yang terdapt benang sari maupun putik misalnya
bunga terong.
b.
Bunga berkelmin
tunggal yaitu bunga yang hanya terdapat salah satu dari kedua macam kelaminnya
dapat dibedakan menjadi dua :
1.
Bunga jantan ,
bunga yang hanya terdapat benang sari
tanpa putik seperti bunga jagung.
2.
Bunga betina ,
bunga yang tidak mempunyai benang sari melainkan putik saja contohnya bunga jagung betina.
c.
Bunga mandul atau
tidak berkelamin , bunga yang tidak memiliki benang sari maupun putik contohnya
bunga pinggir pada bunga matahari.
Bertalian
dengan kelamin bunga yang terdapat pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
1.
Berumah satu ( Monoecus ) , tumbuhan yang mempunyai
bunga jantan dan bunga betina pada satu individu ( satu batang tumbuhan ),
misalnya jagung, mentimun, jarak.
2.
Berumah dua ( Dioecus ), jika pada satu tumbuhan bunga
jantan dan bunga betina terpisah tempatnya. Misalnya salak, pakis haji.
3.
Poligami ( Polygamus ), pada satu tumbuhan terdapat
bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama – sama. Misalnya pepaya.
Pembagian Tempat Antara
Bagian Bunga Yang Satu Dengan Bagian Yang Lain
Bagian
– bagian bunga yang merupakan metamorfosis daun berdasarkan susunannya dapat
dibedakan
1.
Terpencar,
tersebar, atau menurut suatu spiral. Misalnya bunga cempaka
2.
Berkarang,
melingkar, jika daun kelopak benang sari dan daun buah masing – masing tersusun
dalam suatu lingkaran. Misalnya bunga terong.
3.
Campuran,
bagian – bagian bunga yang duduk berkarang yang lainnya duduk terpencar.
Misalnya sirsat.
Berdasarkan letak bagian bagian bunga dapat dibedakan
menjadi dua
1.
Berseling ( Alternatio ), bagian – bagian suatu
lingkaran terletak diantara dua bagian lingkaran dibawah atau di atasnya.
2.
Berhadapan atau
tumpang tindih ( Superpositio ), jika
masing – masing bagian dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain.
Simetri Pada Bunga
Simetri disebut sifat bagian – bagian tubuh tumbuhan. Simetri bunga
dapat di bedakan menjadi empat , yaitu :
1.
Asimetri atau
tidak simentris. Misalnya bunga tasbih.
2.
Setangkup
tunggal. Bergantung pada letaknya bunga setangkup tunggal di bedakan menjadi
tiga, yaitu :
a.
Setangkup
tegak, jika bidang simetrinya berhiimpit dengan bidang median misalnya telang.
b.
Setangkup
menandar , bidang simetrinya tegak lurus pada bidang median dan vertikal
contohnya bunga corydalis
c.
Setangkup
miring, bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut lebih kecil dari
900 contonya bunga kecubung.
3.
Setangkup
menurut dua bidang yaitu yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut
dua bidang simetri dan tegak lurus satu sama lain contonya bunga lobak.
4.
Beraturan atau
bersimetri banyak yaitu lbudang simetri yang membagi dua bunga menjadi dua
bagian yang setangkup contohnya bunga lilia gereja
LETAK
DAUN DALAM KUNCUP
Mengenai keadaan daun-daun dalam kuncup dapat
dibedakan menjadi dua bagian:
a.
Pelipatan
daun-daun itu dalam kuncup
b.
Letak daun-daun
dalam kuncup terhadap daun-daun lainnya.
Berikut keadaan bagian-bagian bunga, khususnya mengenai
kelopak dan mahkotanya waktu bunga masih dalam keadaan kuncup.
1.
Pelipatan
daun-daun kelopak dan mahkota
a)
Rata, daun-daun
dalam kuncup tidak memperlihatkan suatu lipatan tetapi rata.
b)
Terlipat
kedalam sepanjang ibu daunnya.
c)
Terlipat
sepanjang tulang-tulang cabangnya.
d)
Terlipat tidak
beraturan
e)
Tergulung
kedalam menurut poros bujur
f)
Tergulung
keluar menurut poros bujur
g)
Tergulung ke
satu arah menurut poros bujur
h)
Tergulungkedalam
menurut poros lintang
i)
Tergulung
keluar menurut poros lintang
j)
Terlipat
kebawah dan kedalam
k)
Terlipat
menurut poros lintang keluar
2.
Letak daun-daun
kelopak dan mahkota terhadap sesamanya
1.
Terbuka, tepi
daun-daun kelopak dan mahkota tidak bersentuhan sama sekali
2.
Berkatup, tepi
daun-daun kelopak atau mahkota saling bertemu atau saling bersentuhan tetapi
tidak berlekatan.
3.
Berkatup dengan
tepi melipat kedalam.
4.
Berkatup dengan
tepi melipat keluar
5.
Menyirap, tepi
saling menutupi seperti susunan genteng atau sirap
Dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a)
Yang terpuntir
kesatu arah, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
ü Terpuntir kekiri
ü Terpuntir kekanan
b)
Mengikuti rumus
2/5, jika rah putaran menyebabkan letak daun-daun kelopak atau mahkota.
c)
Kohlearis, jika
pada bunga dengan 5 daun kelopak atau lima tajuk bunga. Susunan yang kohleat
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
ü Kohrealis visinal, jika daun yang sama sekali didalam
letaknya langsung berbatasan dengan daun yang sama sekali diluar.
ü Kohrealis distal, jika daun sama sekali diluar dan daun
yang sama sekali didalam tidak langsung berbatasan, tetapi diantaranya ada daun
yang tepinya satu diluar dan lainnya di dalam.
Susunan kohlearis ini dapat disebut lagi
perbedaan menurut letak daun yang paling luar tehadap sumbu pokoknya, yaitu:
ü Kohrealis turun, jika daun yang paling luar letakknya
dekat dengan sumbu pokok.
ü Kohrealis naik, jika yang paling dekat dengan sumbu pokok
daun yang paling dalam, sedangkan daun yang paling luar menjauhi sumbu
pokoknya.
Susunan
daun-daun kelopak dan daun-daun mahkota dengan tepi yang saling menutupi dapat
dibedakan lagi menurut asli atau tidaknya susunannya, dapat dibedakan lagi
menjadi:
a.
Susunan yang
etop, jika letak daun-daun kelopak yangsaling menutupi itu memang sesuai dengan
urut-urut pembentukannya.
b.
Susunan yang
metapop, jika letak daun-daun kelopak yang saling menutupi itu merupakan akibat
adanya perubahan-perubahan pada susunan yang asli.
Susuna yang etop masih banyak dijumpai pada
susunan daun-daun kelopak, sedangkan pada daun-daun mahkota kemungkinan letak
yang metatop lebih besar.
Dasar bunga (Torus)
Dasar-dasar bunga sering
memperlihatkan bagian-bagian yang khusus mendukung satu bagian bunga atau lebih
dan bergantung pada bagian bunga yang didukungnya, bagian
Bunga tersebut
diberi nama yang berbeda-beda yaitu:
a)
pendukung tajuk bunga atau antofor yaitu dasar
bunga yang merupakan tempat duduknya daun-daun tajuk bunga, seperti anyerlir (Dianthus caryophyllus)
b)
Pendukung
benang sari atau androfor yaitu bagia dasar bunga yang sering kali meninggi atau
memanjang dan menjadi tempat duduknya bennag sari. Misalnya bunga maman
c)
Pendukung
putik atau ginofor suatu peningguian yang khusus menjadi tempat duduknya putik.
Seperti pada bunga teratai besar.
d)
Pendukung
benang sari dan putik atau androginofor yaitu bagian dasar bunga yang biasanya
meninggi dan mendukung benang sari atau putik diatasnya. Misalnya bunga
markisah.
e)
Cakram
(discus) di samping bagian-bagian
tersebut diatas pada dasra bunga sering kali terdapat semacam peninggian atau
bantalan bentuk cakram yang seringkali mempunyai kelenjar –kelenjar madu
misalnya bunga jeruk.
Bentuk dasar bunga
Dasar bunga biasanya menebal dan melebar dan
memperlihatkan bermacam-macam bentuk , misalnya :
a.
Rata
, semua bagian bunga duduk sama tinggi diatas dasar bunga, bakal buah menumpang
b.
Menyerupai
kerucut , putik duduk pada keadaan
paling tinggi dan bakal buah menumpang
c.
Seperti
cawan ,daun –daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan pada tepi
bangunan seperti cawan. Putik berada di
tengah-tengah dasar bunga yang lebih rendah dari tajuk bunga dan kelopak, bakal
buah masih menumpang.
d.
Bentuk
mangkuk, putik berada paling rendah dari pada tajuk bunga dan kelopak. Bakal
buah dikatakan setengah tenggelam.
Berdasarkan
sifat itu bunga dapat dibedakan dalam tiga golongan , yaitu:
1.
Hipogen
, jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yag lebih rendah dari pada
tempat duduknya putik, misalnya bunga johar
2.
Perigin
, jika hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih dari pada duduknya putik
seperti pada dasar bunga yang berbentuk cawan
misalnya bunga bungur.
3.
Epigin
, pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dengan bakal buah yang
tenggelam sehingga seakan-akan hiasan bunga duduk dibagian atas bakal buah tadi
misalnya pada bunga daun kaki.
Gambar
macam-macam bentuk dasar bunga
Kelopak (calyx)
Kelopak tersusun atas
bagian-bagian yang dinamakan daun kelopak (sepal). Pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat
yang berbeda-beda.
1.
Berlekatan
, menurut banyak sedikitnya bagian yang berlekatan (panjang pendeknya
pancung-pancung di bagian atas kelopak)
dibedakan 3 macam kelopak yaitu:
a.
Berbagi
jika hanya bagian kecil daun-daun saja berlekatan , pancung-pancungannya
panjang lebih dari separoh panjang kelopak.
b.
Bercanggap
jika bagian yang brelekatan kira-kira meliputi separoh panjangnya kelopak, jadi
kira-kira pancung-pancungnya separohnya.
c.
Berlekuk
jika bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak, jadi
pancung-pancungnya pendek saja.
2.
Lepas
atau bebas jika daun-daun kelopak yang satu dengan yang lainnya benar
terpisah-pisah tidak berlekatan . menurut simetrinya bentuk kelopak yang
bermacam-macam itu dapat dibedakan menjadi 2 golongan:
a.
Beraturan
atau aktinomorf jika kelopak dapat dibagi dua yang setangkup meliputi
bentuk-bentuk:
·
Bintang
·
Tabung
·
Terompet
·
Mangkuk
·
Piala
·
Corong
·
Lonceng
dll
b.
Setangkup
tunggal atau zigomorf seperti pada kelopak yang demikian bersifat:
·
Bertaji
seperti pada bunga pacar air
·
Berbibir
seperti pada bunga salvia.
Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla)
Seperti
pada kelopak mahkota juga mempunyai sifat yang berbeda-beda:
a.
Berlekatan
dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
·
Tabung
atau buluh tajuk
·
Pinggiran
tajuk
·
Leher
tajuk
Selain itu juga di temukan sisik attau rambut-rambut
dll yang terdapat pada tajuk bunga.
b.
Lepas
atau bebas
Jika daun tajuk terpisah-pisah, dan dapat di bedakan
menjadi:
·
Kuku
daun tajuk ialah bagian yang tidak lebar seringkali menebal dari yang lainnya
·
Helaian
daun tajuk yaitu bagian leher dan biasanya tipis.
c.
Daun
–daun tajuk tidak ada sangat kecil sehingga tidak tertarik perhatian
Bersadarkan simetrinya dapat pula dibedakan :
a)
Beraturan
atau pada suatu bunga dapat di bagi jadi dua setangkup dari berbagis sisi
berikut ini adalah bentuk bentuknya:
·
Bintang
·
Tabung
·
Terompet
·
Mangkuk
·
Piala
·
Corong
·
Lonceng
dll
b)
Setangkup
tunggal dapat dibagi menjadi dua dengan cara satu kali saja.
Seringkali memiliki ciri atau sifat yang khas
seperti:
·
Bertaji
·
Berbibir
·
Berbentuk
seperti kupu-kupu
·
Bertopeng
atau berkedok
·
Berbentuk
pita
Tenda bunga (perigonium)
Menurut bentuk
dan warnanya dapat dibedakan menjadi dua golongan:
a.
Serupa
kelopak, warnanya hijau seperti kelopak misalnya pada tanaman palmae
b.
Serupa
tajuk, warnanya bermacam-macam seperti tajuk bunga menarik sekali bentuknya.
Bagian dari
tenda bunga adalah sebagia berikut:
·
Berlekatan
·
Lepas
atau bebas misalnya pada kembang sungsang
Benang sari( statemen)
Pada bagian ini
dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1.
Tangaki
sari, yaitu bagian yang bentuknya seperti benang dengan penampang melntang yang
umumnya berbentuk bulat
2.
Kepala
sari(anthera), bagian yang berada di
ujung
3.
Penghubung
ruang sari merupakan bagian lanjutan tangkai sari.
Ada 3 macam
duduknya benang sari :
1.
Benang
sari jelas duduk pada dasar bunga misalnya jeruk (citrus sp.)
2.
Benang
sari tampak seperti duduk diatas kelopak misalnya mawar
3.
Benang
sari tampak seperti duduk diatas mahkota misalnya buntut tikus.
Gambar bentuk
kedudukan benang sari
Berdasarkan
jumlahnya benang sari dapat digolongakan menjadi 3 yaitu:
1.
Benang
sari banyak , jika terdapat 20 benang sari misalnya pada jambu-jambuan
2.
Benang
sari 2x lipat jumlah daun tajuknya . ada 2 kemungkinan mengenai duduk benang
sari terhadap tajuk yaitu:
·
Diplostemon
·
Obdiplastemon
3.
Benang
sari sam banyak denagn daun tajuk atau kurang dapat di bagi menjadi 2 yaitu:
·
Episepal
·
Epipetal
Berdasarkan
panjang pendeknya benang sari dapat dibagi:
·
Benang
sari panjang dua jika pada satu bunga tedapat 4 benang sari yang 2 panjang dan
yang 2 lainnya pendek. Misalnya kemangi
·
Benang
sari panjang empat jika misalnya pada satu bunga ada 6 bennag sari yang 4
panjang dan yang 2 pendek. Misanya pada
lobak.
Tangkai sari
Melihat dari
berkas yang merupakan perlekatan benang sari dapat di bedakan :
a.
Benang
sari berbekas satu jika semua tangkai sari
pada satu bunga berlekatan jadi satu misalnya kembang sepatu.
b.
Benag
sari berbekas dua jika benang sari terbagi menjadi dua kelompok dengan tangkai
yang berlekatan masing-masing kelompok misalnya pada tumbuhan berbunga kupu-kupu.
c.
Benang
sari berberkas banyak jika dalam satu bunga memiliki banyak benang sari dan
tangkai sarinya tersusun menjadi berkelompok dan berkas misalnya pada kapuk.
Kepala sari
Berdasarkan
duduknya kepala sari bermacam-macam
yaitu sbb:
1.
Tegak
(kepala sari dan tangkainya jelas batas nya terlihat)
2.
Menempel
( tangkai sari beralih menjadi penghubung ruang sari)
3.
Bergoyang
(kepala sari melekat pada ujung tangkai sari)
Kepala sari
dapat membuka dengan jalan yang berbeda-beda yaitu:
1.
Dengan
celah membujur menjadi jaln keluarnya benang sari:
·
Menghadap
kedalam
·
Menghadap
kesamping
·
Menghadap
keluar
2.
Dengan
celah melintang
3.
Dengan
sebuah liang pada ujung
4.
Dengan
kelep atau katup-katup
Putik
Meurut banyaknya
daun buah yang menyusun sebuah putik , putik dapat di bedakan dalam:
a.
Putik
tunggal (jika tersusun atas sehelai daun buah saja)
b.
Putik
majemuk ( terjadi dari dua daun buah atau lebih)
Berikut ini
merupakan bagian-bagian dari putik :
1.
Bakal
buah , lazim nya terlhat besar dan duduk pada dasar bunga
2.
Tangkai
kepala putik, merupakan bagian diatas bakal buah
3.
Kepala
putik , bagian yang paling atas.
Bakal Buah (
Ovarium )
Bakal buah adalah bagian putik yang membesar,
dan biasanya terdapat di tengah – tengah dasar bunga. Dalam bakal buah terdapat
calon biji atau bakal biji ( Ovulum
).bagian yang merupakan pendukung bakal biji disebut tembuni.
Menurut
letaknya terhadap dasar bunga kita membedakan :
a. Bakal buah menumpang ( superus
), yaitu jika bakal buah duduk diatas dasar bunga sedemikian rupa, sehingga
bakal buah tadi lebih tinggi, sama tinggi atau bahkan mungkin lebih rendah dari
pada tepi dasar bunga, tetapi bagian samping bakal buah tidak pernah berlekatan
dengan dasar bunga.
b. Bakal buah setengah tenggelam ( hemi
inferus ), yaitu jika bakal buah duduk pada dasar bunga yang cekung, jadi
tempat duduk bakal buah selalu lebih rendah dari pada tepi dasar bunga, dan
bagian dinding bakal buah itu berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk
mangkuk atau piala.
c. Bakal buah tenggelam ( inferus
), seperti pada b, tetapi seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan
dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala tadi.
Gambar duduknya bakal buah
Pada
satu bunga mungkin terdapat lebih daripada satu putik, yang masing – masing
terdiri atas satu daun buah. Jadi pada bunga itu terdapat daun – daun buah yang
tidak berlekatan satu sama lain. Hal ini dikatakan bahwa bakal buah atau putiknya
bersifat : apokarp ( pistillum apocarpum )
Jika
bakal buah terdiri atas beberapa daun buah yang berkelekatan satu sama lain,
maka bakal buah dinamakan sinokarp (
Pistillium coenocarpum ), jika
perlekatan daun – daun buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang
saja disebut parakarp ( pistillum paracarpum ), tetapi jika dari
perlekatan daun – daun buah itu terbentuk putik dengan jumlah ruang yang sesuai
dengan jumlah daun buahnya, maka bakal buah atau putik yang sedemikian itu
dinamakan: sinkarp (pistillum syncarpum ).
Berdasar
jumlah ruang yang terdapat dalam suatu bakal buah, bakal buah dapat dibedakan
dalam :
a. Bakal buah beruang satu ( unilicularis
), tersusun atas satu daun buah saja. Misalnya tumbuhan yang berbuah polong
b. Bakal buah beruang dua ( bilocularis
), tersusun atas dua daun buah. Misalnya kubis dan sejenisnya.
c. Bakal buah beruang tiga ( trilocuralis
) bakal buah ini terjadi dari tiga daun buah yang tepinya melipat kedalam dan
berlekatan sehingga terbentuklah bakal buah dengan tiga sekat. Misalnya pada
warga suku getah – getahan.
d. Bakal buah beruang banyak ( multilocularis
), yaitu bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan
membentuk banyak sekat, dan dengan demikian terjadilah banyak ruang – ruang,
seperti terdapat pada durian.
Sekat
– sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang dapat dibedakan dalam :
a. Sekat yang sempurna ( septum
completus ), yaitu jika sekat ini benar – benar membagi bakal buah menjadi
lebih daripada satu ruang dan ruang – ruang yang terjadi tidak lagi mempunyai
hubungan satu sama lain.
Berdasarkan
asal sekat itu, sekat yang sempurna dapat lagi dibedakan dalam dua macam:
1. Sekat asli ( septum ), yaitu
jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah yang melipat kedalam yang lalu
berubah menjadi sekat, misalnya pada durian.
2. Sekat semu ( septum spurius ),
yaitu jika sekat tadi bukan merupakn sebagian daun buah, tetapi misalnya
terdiri atas suatu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah. Misalnya
pada bunga kecubung.
b. Sekat yang tidak sempurna ( septum
spurius ), yaitu jika sekat – sekat yang membagi bakal buah menjadi
beberapa ruang, tetapi ruang – ruang itu masih ada hubungannya satu sama lain.
Tembuni ( Placenta
)
Bagian bakal buah yang menjadi pendukung
bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal biji dinamakan tembuni ( Placenta )
Gambar perlekatan daun – daun buah dan letak
bakal biji
Menurut
letaknya tembuni dibedakan dalam :
a. Marginal ( Marginalis ), jika
letaknya pada tepi daun buah.
b. Laminal ( Laminalis ), bila
telaknya pada helaian daun buah.
Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang , maka kemungkinan
letak tembuninya adalah :
1. Pariental ( Parientalis ),
yaitu pada bakal – bakal buah yang jika diperhatikan pula bagaimana letaknya
pada daun buah dapat di bedakan lagi dalam dua macam :
a) Pada dinding di tepi daun buah ( parientalis-marginalis)
b) Pada dinding di helaian daun buah ( parientalis-laminalis)
2. Sentral ( centralis atau axilis
), yaitu di pusat atau diporos, bila tembuni terdapat ditengah- tengah rongga
bakal buah yang beruang satu.
3. Aksilar ( axillaris ), yaitu
di sudut tengah, bila tembuni terdapat pada bakal buah yang beruang lebih dari
pada dua dan tembuni tadi terdapat dalam sudut pertemuan daun – daun buah yang
melipat kedalam dan merupakan sekat – sekat bakal buah.
Bakal Biji ( Ovulum
)
Pada umumnya bakal biji dapat di bedakan
bagian – bagian berikut :
1. Kulit bakal biji ( integumentum
), yaltu lapisan bakal biji yang paling luar, yang kelak akan merupakan kulit
biji.
2. Badan bakal biji atau nuselus ( nucellus
), yaitu jaringan yang di selubungi oleh kulit bakal biji tadi.
3. Kandung lembaga ( saccus
embryonalis ), sebuah sel dalam nuselus yang mengandung sel telur ( ovum ), dan kalau sudah terjadi
pembuahan akan menjadi lembaga ( embryo
) yaitu calon individu baru,
4. Liang bakal biji ( micropyle
), yaitu suatu liang pada kulit bakal biji, yang menjadi jalan inti kelamin
jantan yang berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat bertemu dengan sel telur
yang terdapat dalam kandung lembaga, sehingga dapat berlangsung peristiwa
pembuahan.
5. Tali pusar ( funiculus ),
pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji dengan tembuni.
Letak bakal biji pada tembuni dapat dibedakan lima posisi utama, yaitu
bakal – bakal biji yang :
a. Tegak ( atropus ), yaitu jika
liang bakal biji letaknya pada satu garis dengan tali pusar ( funiculu ) pada arah yang berlawanan.
b. Mengangguk ( anatropus ), jika
liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok,
sehingga liang bakal biji berputar 180o.
c. Bengkok ( campylotropus ),
bila tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, sehingga liang bakal biji
berkedudukan seperti bakal biji yang mengangguk.
d. Setengah mengangguk ( hemitropus,
hemianatropus ), yaitu jika hanya ujung tali pusarnya yang membengkok,
sehingga tali pusar dengan liang bakal biji membuat sudut 90o satu
sama lain.
e. Melipat ( camptotropus ), jika
tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, hingga liang
bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali pusarnya.
Tangkai Kepala
Putik
Tangkai kepala putik merupakan bagian putik
yang biasanya berbentuk benang dan merupakan lanjutan bakal buah ke atas.
Tangkai kepala putik ini berbentuk benang atau buluh yang dalamnya berongga.
Mempunyai saluran tangkai kepala putik ( canalis
stylinus ) atau tidak. Umumnya tangkai kepala putik mudah dibedakan dari
tangkai sari, karena kebanyakan lebih besar. Ada kalanya tangkai kepala putik
masih memperlihatkan asalnya sebagai metamorfosis dari daun, yaitu mempunyai
bentuk pipih lebar seperti daun, misalnya pada bunga tasbih ( Canna sp. ).
Tangkai
kepala putik ada yang bercabang ada yang tidak, dan jika bercabang, tiap ujung
cabang tangkai kepala putik itu mendukung satu kepala putik, jadi pada tangkai
kepala putik yang bercabang terdapat lebih banyak kepala putik dari pada
tangkai kepala putiknya.
Jika dibandingkan dengan tangkai sari,
tangkai kepala putik ada yang lebih panjang, ada yang sama panjang, dan ada
pula yang lebih pendek dari pada tangkai sarinya. Sehubungan dengan itu letak
kepala putik dapat lebih tinggi, sama tinggi, atau lebih rendah daripada kepala
sarinya. Hal ini berpengaruh besar terhadap masalah penyerbukan bunga yang
bersangkutan.
Kepala Putik ( Stigma )
Kepala
putik adalah bagian putik yang paling atas, yang terdapat pada ujung tangkai
kepala putik atau ujung cabang tangkai kepala putik itu. Bagian ini berguna
untuk menangkap serbuk sari, jadi mempunyai peran penting dalam penyerbukan.
Bentuk
kepala putik atam beraneka ragam, biasanya disesuaikan dengan cara penyerbukan
pada bunga yang bersangkutan.
a. Seperti benang, misalnya pada bunga jagung
b. Seperti bulu ayam, pada bunga padi
c. Seperti bulu – bulu, misalnya pada bunga kecipir
d. Bulat, misalnya pada bunga jeruk
e. Bermacam – macam bentuk lainnya, misalnya seperti bibir, seperti cawan, serupa
daun mahkota, sdt.
Kelenjar Madu (Nectarium)
Madu (nectar) dihasilkan oleh bunga berperan dalam adanya
kunjungan binatang yang dapat menjdi perantara dalam proses penyerbukan. Dan
madu yang terdapat pada bunga dihasilkan oleh kelenjar madu (nectarium),
yang berdasarkan asalnya dapat dibedakan dalam :
a.
Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus (alat tambahan)
pada bunga
b.
Kelenjat madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah
mengalami metamorfosis dan telah berubah tugasnya.
Macam- macam
kelenjar bunga menurut bentuk dan tempatnya pada bunga :
a.
Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala
putik.
b.
Seperti cakram pada dasar bunga
Kelenajar madu
yang merupakan metamorfosis salah satu bagian bunga, dapat berasal dari :
1.
Daun mahkota
2.
Benang sari
3.
Bagian-bagian lain pada bunga
Dalam hal
demikian, letak kelenjar madu pada bunga sesuai dengan latak bagian-bagian
bunga yang telah berubah menjadi kelenjar madu tersebut.
Penyerbukan
atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertillisation)
Penyerbukan (Pollinatio) adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhn
biji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk
tumbuhan berbiji telanjang). Sedang, pembuahan (Fertillisation) adalah terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel
telur yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam bakal biji dengan suatu inti
yang berasal dari serbuk sari.
Bunga yang mengalami peristiwa tersebut, kepala sarinya akan pecah atau
membuka dan mengeluarkan serbuk sari. Yang pada akhirnya serbuk sari sampai ke
kepala putik dan terjadilah penyerbukan. Apabila serbuk sari jatuh pada kepala
putik yang cocok, maka serbuk sari akan berkecambah, terjadilah buluh serbuk
sari yang tumbuh menuju ke arah bakal biji. Selama pertumbuhn ini, inti dalam
serbuk sari membelah menjadi dua, satu pada bagian depan buluh yang menjadi
penuntun gerak tumbuh bulut itu ke arah bakal biji (inti vegetatif), dan yang kedua (inti generatif) lalu membelah lagi menjadi dua inti sperma. Setelah sampai pada liang bakal biji, inti
vegetatif binasa, dinding buluh pada bagian itu terlarut dan kedua inti sperma
menuju ke kadung lembaga.
Sementara itu, dalam kandung lembaga lainnya membelah tiga kali secara
berurutan sehingga terjadi 8 inti. Dari 8 inti, tiga menuju ke tempat yan
berhadapan dengan liang bakal biji, dan dari ke 3 inti itu, satu merupakan sel telur (ovum) dan dua di kanan dan kiri merupakan penggarak atau pendamping (synergida). Tiga inti lainnya menuju ke bagian kandung lembaga yang berlawanan
dengan liang kandung lembaga (disebut dengan chalaza)dan menjadi
antipoda, dua lagi menuju ke tengah kandung lembaga dan bersatu menjadi inti kandung lembaga sekunder. Dua inti generatif dari buluh serbuk sari tadi, satu kawin dengan sel
telur dan hasil peleburan akan menjadi lembaga. Inti generatif yang kedua kawin dengna
inti kandung lembaga sekunder membentuk jaringan tempat penimbunan cadangan
makanan. Peristiwa perkawinan ini disebut pembuahan, dan yang diuraikan diatas
tadi disebut dengan pembuahan
ganda. Pembuahan ganda hanya terjadi pada tumbuhan biji tertutup, sedangkan
pada tumbuhan biji telanjang tidak ada inti kandung lembaga sekunder, jadi yang
dapat mengadakan perkawinan hanyalah sel telur saja dan dikataka dengan
pembuahan tunggal.
Jika persarian yang diikuti oleh pembuahan berhasil, bakal buah akan
tumbuh menjadi buah, bakal biji menjadi biji, sementara bagian- bagian bunga
lainnya menjadi layu dan gugur. Penyerbukan hanya diikuti pembuahan bila
tumbuhan diserbuki oleh tumbuhan yang sama atau sejenis, jika tidak pembuahan
tidak akan berlangsung. Hal ini disebabkan karena serbuk sari yang jatuh pada
kepala putik tumbuhan yang berbeda tidak dapat tumbuh menjadi buluh serbuk
sari.
Dalam bakal buah yang mengandung banyak bakal biji, agar semua bakal biji
dapat tumbuh menjadi biji, maka masing-masing harus dibuahi, jadi pada kepala
putik harus ada sekurang-kurangnya sejumah serbuk yang sama dengan jumlah bakal
biji dalam bakal buah. Namun, seringkali dalam kenyataan selalu ada saja
beberapa bakal biji yang tidak dapat dicapai oleh buluh serbuk sari, sehingga
tidak terjadi pembuahan. Bakal biji itu, dalam perkembangan akan terdesak oleh
biji-biji yang lain dan akhirnya hanya merupakan biji yang kecil, keriput dan tidak
akan tumbuh menjadi tumbuhan baru karena dalam bakal biji itu tidak terbentuk
lembaga.
Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai dengan perkawinan
antara sel telur dan inti sperma disebut amfimiksis (amphimixis), sedang pembentukan
lembaga tanpa adanya perkawinan disebut apomiksis (apomixes) contoh partenogenesis
pada tumbuhan pisang.
Bagian tumbuhan
yang sering dideskripkan adalah bunganya. Dalam mendeskripsikan bunga, selain
dengan kata-kata, dapat ditambahkan dengan gambar-gambar yang melukiskan
bagian-bagian bunga atau berupa diagram bunga. Kecuali dengan diagram, susunan
bunga dapat dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-lambang,
huruf-huruf, dan angka-angka yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai
berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
A. Diagram Bunga
Dalam mendiskripsikan
bunga, di samping secara verbal dapat ditambahkan gambar-gambar, agar pembaca
dapat memperoleh kesan yang lebih mendalam tentang keadaan bunga. Salah satu
gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya adalah diagram bunga.
Diagram bunga merupakan
gambaran proyeksi pada bidang datar dari semua bagian yang dipotong melintang,
jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun
kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik, juga bagian-bagian lain yang masih
ada selain keempat bagian utama tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya
dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian
tengah-tengahnya, sedang dari benang sari digambarkan penampang kepala sari,
dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga itu
selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan
bagaimana letak dan susunannya erangantara yang satu dengan yang lain. Selain
dari itu perlu diingat pula, bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu
gambar yang bersifat skematik.
Dalam membicarakan
tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan, bahwa bagian-bagian
bunga duduk di atas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu lingkaran
atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua
bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan lambang yang sama. Mengingat,
bahwa yang digambar pada diagram itu penampang-penampang melintang
masing-masing bagian bunga seperti telah diuraikan di atas, maka kemungkinan
adanya persamaan gambar hanyaalah mengenai daun-daun kelopak dan daun tajuk
bunga, sedangkan mengenai benang sari dan putiknya rasanya tidak akan terjadi
kekeliruan. Oleh karena itu kelopak dan daun tajuk harus selalu digambar dengan
lambang-lambang yang jelas berbeda, walaupun bentuknya mirip satu sama lain.
Jika kiata hendak membuat diagram bunga, kita harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Letak bunga pada tumbuhan. Dalam
hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam
letak bunga:
a.
Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b.
Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
2.
Bagian-bagian
bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam beberapa lingkaran.
Jika dari bunga
yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita
mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah
lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat
lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal).
Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat
melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah
(poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang
menggambarkan bidang median itu di sebelah atas lingkaran yang terluar
digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai
lingkaran kecil), dan disebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya.
Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar
daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang
melintang bakal buah. Dalam menggambar bagian bunga-bunganya sendiri yang harus
diperhatikan ialah:
a.
Berapa
jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b.
Bagaimana
susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang
lain): bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan, atau lain lagi.
c.
Bagaimana
susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap
daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun putiknya):
berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan, dan seterusnya.
d.
Bagaimana
letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Ternyata, bahwa
seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian bunga yang
setangkup (simetrik).
Bagi bunga yang
letaknya pada ujung batang/cabang , tidak dikenal bidang mediannya,di sebelah
atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang batang
(karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan tangkai
bunga), tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar penampang
melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan
demikian, pada suatu diagram bunga tidak
hanya kita ketahui hal-hal yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi
juga dapat diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan.
Telah dikemukakan
pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga selain keempat bagian bunga yang
pokok: kelopak, tajuk, benang sari, dan putik, dapat pula digambar
bagian-bagian lain. Jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan.
Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi ciri yang khas
untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada
diagram bunga, antara lain:
a.
Kelopak tambahan (epicalyx),
umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae,
misalnya kapas (Gossypium sp.),
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis
L.) dan lain-lain.
b.
Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang
biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae,
misalnya: biduri (calotropis gigantean
Dryand.).
Dikemukakan pula
dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga, bahwa ada bagian-bagian bunga
yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lemyap sama sekali. Bertalian
dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian:
1.
Hanya
menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya,
2.
Membuat
diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-benar ada,
tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi), namun
menurut teori seharusnya ada.
Dengan demikian
kita dapat membedakan dua macam diagram bunga:
a.
Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian
bunga yang benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya,
oleh sebab itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh (yang sebenarnya).
b.
Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan
bagian-bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah
tidak ada lagi, tetapi menurut teori seharusnya ada.
Bagian-bagian yang
hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambar seperti bagian-bagian
yang benar-benar ada, melainkan dengan lambang lain, biasanya bintang atau
silang kecil. Kebanyakan hal ini hanya mengenai benang-benang sari saja, yang
keadaan yang sesungguhnya pada bunga seringkali tidak cocok dengan teori.
B.
Rumus
Bunga
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga
memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrinya atau jenis
kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga, sedang
angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bagian bunga. Di samping itu masih
terdapat lambang-lambang lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian
bunga satu sama lain.
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan
hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut:
1. Kelopak,
yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan istilah ilmiah untuk kelopak,
2. Tajuk atau
mahkota, yang dinyatakan dengan
huruf C singkatan kata corolla
(istilah ilmiah untuk mahkota bunga),
3. Benang-benang sari,
yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga),
4. Putik,
yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina pada bunga).
Jika antara kelopak
bunga dan mahkota tidak dapat dibedakan, untuk menyatakan bagian tersebut
digunakan huruf P untuk tenda bunga (perigonium).
Penulisan rumus bunga, di belakang rumus-rumus tersebut ditaruhkan angka-angka
yang menyatakan jumlah bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka dari satu bagian bunga diberikan
tanda koma (,).
Di depan rumus bagian bunga, hendaknya ditambahkan simetri yaitu (*) untuk
bunga bersimetri banyak dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain itu
juga lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai
lambang (♀), untuk bunga jantan dipakai lambang (♂), dan untuk bunga betina
dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk
dan benang sari (berlekatan atau berpisah), digunakan tanda kurung untuk
mengapit angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan adanya garis (di atas atau di
bawah) angka yang menunjukkan jumlah putik, sesuai kedudukannya.
Jika bunga misalnya
mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi
dari sehelai daun buah, maka rumusnya adalah:
K 5, C 5, A 10, G
1. (bunga merak: Caesalpinia pulcherrima
Swartz.).
Jika kita mengambil contoh lain, yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga,
misalnya lilia gereja (Lilium longiflorum
Thunb.) yang mempunyai 6 daun tenda bunga, 6 benang sari dan sebuah putik yang
terjadi dari 3 daun buah, maka rumusnya adalah:
P 6, A 6, G 3. Karena di depan rumus hendaknya diberi tanda yang
menunjukkan simetri bunga, maka biasanya hanya diberikan dua macam tanda
simetri, yaitu: * untuk bunga yang bersimetri banyak (actinomorphus) dan tanda (↑) untuk bunga
yang bersimetri satu (zygomorphus). Jadi dalam hal rumus bunga
merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi:
↑ K 5, C 5, A 10, G
1
Sedang bunga lilia
gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:
* P 6, A 6, G 3.
Selain lambang yang
menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang
menunjukkan jenis kelamin bunga. Jika kedua contoh rumus tersebut di atas
dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya, maka rumusnya menjadi:
♀ ↑ K 5, C 5, A
10, G 1 dan ♀ * P 6, A 6, G 3.
Langganan:
Postingan (Atom)