BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam
laboratorium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor
seperti suhu, tekanan, waktu, dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat
berlangsung dengan baik. Tubuh kita merupakan laboratorium yang sangat rumit,
sebab di dalamnya terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Penguraian zat-zat
yang terdapat dalam makanan kita, penggunaan hasil uraian untuk memperoleh
energi, penggabungan kembali hasil uraian untuk membentuk persediaan makanan
dalam tubuh serta banyak macam reaksi lain yang apabila dilakukan di dalam
laboratorium atau in vitro
membutuhkan keahlian khusus serta waktu yang lama, dapat berlangsung dengan
baik di dalam tubuh atau in vivo
tanpa memerlukan suhu tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang relatif
singkat. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita
ini dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim.
Pengetahuan
tentang katalis telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia mengusulkan
nama ‘katalis’ untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat itu
sendiri tidak ikut bereaksi. Proses kimia yang terjadi dengan pertolongan enzim
telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur dengan cara
fermentasi atau peragian. demikian pula pembuatan asam cuka termasuk proses
kimia berdasarkan aktivitas enzim. Dahulu proses fermentasi dianggap hanya
terjadi dengan adanya sel yang mengandung enzim.
Enzim
dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang
telah berhasil mengisolasi urease dari ‘kara pedang’ (jack bean). Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi
CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz
dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin, selanjutnya makin banyak enzim
yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah
suatu protein.
Asam
nukleat telah menjadi bahan penelitian para ahli biokimia sejak senyawa ini
diisolasi dari inti sel untuk pertama kalinya. Ada dua jenis asam nukleat yaitu
DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribonukleat dan RNA ( ribonucleic
acid) atau asam ribonukleat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
enzim?
2.
Bagaimana tatanama
dan kekhasan enzim?
3.
Bagaimana fungsi
dan cara kerja enzim?
4.
Bagaimana cara
penggolongan enzim?
5.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?
6.
Apakah pengertian
koenzim?
7.
Apakah pengertian
asam nukleat?
8.
Bagaimana struktur
dari nukleotida dan nukleosida?
9.
Bagaimana struktur
DNA dan RNA?
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan oleh penulis
dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yang bersumber dari buku
dan internet yang berkaitan dengan permasalahan makalah ini.
1.4 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian enzim.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana tatanama dan kekhasan enzim.
3.
Untuk mengetahui
fungsi dan cara kerja enzim.
4.
Untuk mengetahui
cara penggolongan enzim.
5.
Untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim.
6.
Untuk mengetahui
pengertian koenzim.
7.
Untuk mengetahui
pengertian asam nukleat.
8.
Untuk mengetahui
bagaimana struktur dari nukleotida dan nukleosida.
9.
Untuk mengetahui
bagaimana struktur DNA dan RNA.
BAB II
ISI MAKALAH
A.
ENZIM
1.
Pengertian Enzim
Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani,
en = di dalam dan zyme = ragi) adalah senyawa organik yang tersusun atas
protein, dihasilkan oleh sel, dan berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi
kimia. Enzim
merupakan suatu polimer biologik yang mengkatalisis lebih dari satu proses
dinamik yang memungkinkan kehidupan.
Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata banyak
enzim mempunyai gugus bukan protein (kofaktor), jadi termasuk golongan protein
majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan
suatu gugus bukan protein (kofaktor). Kofaktor ada yang terikat kuat pada protein (protestik), ada pula yang tidak begitu kuat
ikatannya (koenzim). Sebagai contoh enzim katalase
terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri dari
protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat
tembaga.
2.
Tata Nama dan Kekhasan Enzim
a. Tata Nama Enzim
Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama
substratnya, dengan penambahan ‘ase’ di belakangnya. Substrat adalah senyawa
yang bereaksi dengan bantuan enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea
(substrat) dinamakan urease. Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis
diberi nama menurut fungsinya, misalnya hidrolase adalah kelompok enzim yang
mempunyai fungsi sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping
nama trivial (biasa) maka oleh Commisison on Enzymes of the International Union
of Biochemistry telah ditetapkan pula tata nama yang sistematik, disesuaikan
dengan pembagian atau penggolongan enzim didasarkan pada fungsinya. Secara ringkas, sistem
penamaan enzim menurut IUB dijelaskan
sebagai berikut:
1)
Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6
kelas, masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2)
Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama
menunjukkan substrat dan kedua ditambah dengan –ase yang menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisis. Contoh: heksosa
isomerase (subsrat: heksosa dengan reaksi isomerase).
3)
Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan
tentang reaksi dalam tanda kurung di bagian akhir nama. Contoh: 1.1.1.37 L-malat:NAD+ oksidoreduktase
(dekarboksilasi).
4)
Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang
terdiri atas:
-
Digit pertama :
kelas tipe reaksi
-
Digit kedua :
subkelas tipe reaksi
-
Digit ketiga :
subsubkelas tipe reaksi
-
Digit keempat :
untuk enzim spesifik
Contoh: 2.7.1.1 diuraikan menjadi:
-
Kelas 2 :
transferase
-
Subkelas 7 :
transfer fosfat
-
Subsubkelas 1 :
alkohol merupakan akseptor fosfat
-
Enzim spesifik 1 :
heksokinase atau ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase.
Suatu enzim yang mengkatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus
hidroksil atom C ke enam molekul glukosa.
b.
Kekhasan enzim
Daya katalitik enzim
sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Tanpa
enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem biologi sangatlah
rendah sehingga tak dapat diukur. Bahkan reaksi yang sederhana sekalipun
seperti hidrasi CO2 harus dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase.
Karbonat anhidrase
CO2 + H2O
―――――――――→ H2CO3
Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi
yang dikatalisisnya maupun terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Satu enzim biasanya
mengkatalisis satu jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis.
Dalam reaksi enzimatik sangat jarang terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan
terbentuknya hasil sampingan yang tak berguna.
Gambar 2.1. Model spesifitas
enzim terhadap substrat dan reaksi tertentu
3.
Fungsi dan Cara Kerja Enzim
a. Fungsi Enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia
yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi
108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di
samping mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Oleh karena itu, enzim mempunyai peranan
yang sangat penting dalam reaksi
metabolisme. Peranan enzim dalam reaksi metabolisme adalah sebagai berikut:
1) Biokatalisator
yaitu meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan menurunkan energi aktivasinya
tetapi tidak ikut bereaksi.
2) Modulator yaitu
mengatur reaksi yang bersifat acak menjadi berpola. Misalnya glukosa yang
terbentuk selama proses fotosintesis. Jika konsentrasi glukosa telah melebihi
keseimbangan, maka akan terurai menjadi CO2 dan H2O.
Dengan adanya enzim, glukosa dapat diubah menjadi sukrosa atau amilum. Dalam
bentuk sukrosa dapat diedarkan ke seluruh jaringan melalui floem dan disimpan
dalam bentuk amilum. Dengan mengubah glukosa menjadi molekul lain, maka proses
fotosintesis dapat terus berlangsung tidak terhambat oleh akumulasi hasilnya.
b.
Cara Kerja Enzim
a) Kompleks
enzim substrat
Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada
hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran
yang lebih besar daripada substrat. Oleh karena itu, seluruh bagian enzim dapat
berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada satu
bagian atau tempat saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau
kontak dengan substrat dinamai bagian aktif atau active site. Ada dua teori
tentang cara kerja enzim, yaitu:
1)
Teori Kunci dan Gembok (Emil Fischer, 1884)
Menurut teori ini, sisi aktif enzim
mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja.
Bentuk substrat sesuai dengan bentuk sisi aktif, seperti kunci dengan anak
kunci. Hal ini menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Selama reaksi
berjalan, enzim dan substrat berkombinasi sementara membentuk kompleks
enzim-substrat yang merupakan kesatuan yang kaku. Setelah reaksi selesai, hasil
reaksi (produk) tidak lagi sesuai dengan bentuk sisi aktif enzim. Jika enzim mengalami
denaturasi (rusak) karena panas, maka bentuk sisi aktif berubah sehingga
substrat tidak sesuai lagi.
2)
Teori Kecocokan Induksi
(Daniel
Koshland)
menurut
teori ini, sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur atau
bentuk substrat. Artinya bentuk substrat tidak harus sama persis dengan bentuk
sisi aktif enzim, sehingga ikatan antara enzim dan substrat bersifat dinamis.
Karena terjadi perubahan dalam struktur (konformasi) sisi aktif enzim yang
menyesuaikan dengan bentuk substratnya.
(Sumber : http://www.google.co.id. Diakses tanggal 20 Februari 2012)
b) Persamaaan
Michaelis – Menten
Leonor
Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis bahwa dalam
reaksi enzim terjadi dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian menghasilkan
hasil reaksi dan enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten
itu dapat dituliskan sebagai berikut :
Enzim
(E) + Substrat
(S) kompleks
enzim-substrat (ES)
Enzim
(E) + Hasil reaksi (P)
Michaelis
dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi
kompleks enzim-substrat (ES), sebab apabila tergantung konsentrasi substrat
(S), maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.
4.
Penggolongan Enzim
Enzim digolongkan menurut tipe reaksi yang diikutinya dan mekanisme
reaksinya,
sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease,
arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal
dengan nama lainnya misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commission on
Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam
golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim
memegang peranan, yaitu : oksidoreduktase, tranferase, hidrolase, liase,
isomerase, dan ligase.
1) Oksidoreduktase, enzim-enzim yang termasuk golongan
ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi
pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas
diterima oleh senyawa lain (akseptor).
2) Tranferase, enzim yang termasuk golongan ini
bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa
kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan
ini ialah metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltranferase, asiltranferase dan amino tranferase atau disebut
juga transaminase.
3) Hidrolase, enzim yang termasuk golongan ini
bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu
yang memecah ester atau esterase, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan
peptide. Contoh enzim golongan ini adalah esterase, lipase, fosfatase, amylase,
amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin dan krimotripsin.
4) Liase, enzim yang termasuk golongan ini
mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu
substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini
antara lain dekarboksilase, aldolase dan hidratase.
5) Isomerase, enzim yang termasuk golongan ini
bekerja pada perubahan intramolekuler, misalnya reaksi perubahan glukosa
menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sisi menjadi senyawa trans dan
lain-lain.
6) Ligase, enzim yang termasuk golongan ini
bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karena itu
enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase. Ikatan yang terbentuk dari
penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N, atau C-C. Contoh enzim
golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kerja enzim, yaitu:
1) Konsentrasi enzim, pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
2) Konsentrasi Substrat, hasil eksperimen menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak
terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
3) Suhu, pada suhu rendah reaksi kimia
berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung
lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan
suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi, sehingga bagian aktif
enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi
berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun. Kenaikan suhu sebelum
terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun kenaikan
suhu pada saat terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh
karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum,
yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu proses reaksi yang menggunakan enzim
tersebut.
4) pH, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negative atau ion bermuatan
ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh
terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim
substrat. Tinggi rendahnya pH juga dapat menyebabkan denaturasi yang dapat
menurunkan aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum yang dapat
menyebabkan kecepatan reaksi enzim yang paling tinggi.
5) Produk/hasil reaksi
(dapat menghambat enzim)
6) Zat penggiat
(aktivator), misalnya logam alkali, logam alkali tanah, Mn, Mg, dan Cl.
7) Zat penghambat
(Inhibitor), yaitu molekul atau ion yang dapat
menghambat reaksi pembentukan kompleks enzim-substrat. Ada dua macam
inhibitor enzim, yaitu:
-
Inhibitor/penghambat kompetitif, produk (sebagai zat
inhibitor) berkompetisi dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif
enzim. Dapat diatasi dengan menambahkan konsentrasi substrat.
-
Inhibitor/penghambat alosterik (non-kompetitif), produk
(sebagai zat inhibitor) berikatan pada bagian enzim selain sisi aktif enzim yang
disebut sisi alosterik dan menyebabkan sisi aktif berubah sehingga substrat
tidak dapat berikatan dengan enzim.
6.
Koenzim
Sejumlah besar enzim membutuhkan
suatu komponen lain untuk dapat berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara
umum disebut kofaktor. Kofaktor ini dibagi tiga kelompok, yaitu gugus
prostetik, koenzim dan aktivator. Gugus prostetik adalah kelompok kofaktor yang
terikat pada enzim dan tidak mudah terlepas dari enzimnya, contohnya flavin
adenine dinukleotida yang merupakan gugus prostetik yang terikat pada enzim
suksinat dehidrogenase. Suatu koenzim adalah molekul organik kecil, tahan
terhadap panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya
dengan cara dialisis, contohnya adalah NAD, NADP, asam tetra hidrofosfat,
tiamin pirofosfat dan ATP. Banyak enzim yang
memerlukan koenzim untuk dapat berfungsi aktif sebagai katalisator. Koenzim
akan memperbesar kemampuan katalitik suatu enzim sehingga jauh melebihi
kemampuan yang ditawarkan. Koenzim yang berikatan secara erat dengan enzim
melalui ikatan kovalen atau non kovalen sering disebut sebagai gugus prostetik. Reaksi-reaksi yang
memerlukan koenzim antara lain: reaksi
oksidoreduksi, pemindahan gugus serta isomerisasi, dan reaksi yang
membentuk ikatan kovalen. Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang terikat atau
mudah terlepas dari enzim, contohnya aktivator logam adalah K++, Mn++,
Mg++, Cu++ atau Zn++.
Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip
dengan vitamin bahkan menjadi bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara
vitamin dengan koenzim tampak pada contoh berikut :
1) Niasin, merupakan nama vitamin yang
berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat. Molekul nikotinamida terdapat
sebagai bagian dari molekul NAD+, NADP+. Kekurangan
niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.
2) Molekul riboflavin atau vitamin B2
terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin issoaloksazon yang
tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul
riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.
3) Asam lipoat adalah suatu vitamin
yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat dalam hati. Asam ini
terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi sebagai kofaktor
pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase, berperan dalam
reaksi pemisahan gugus akil.
4) Biotin adalah vitamin yang terdapat
dalam hati dan berikatan dengan suatu protein. Biotin berfungsi sebagai koenzim
dalam reaksi karboksilasi.
5) Tiamin atau vitamin B1 umumnya
terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan
mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah
tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang menggunakan enzim alpa keto
dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan fosfo ketolase.
6) Vitamin B6 terdiri
dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin. Kekurangan
vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan
gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah
piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat.
7) Asam folat dan derivatnya terdapat
banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi asam fosfat dalam jumlah
kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat (FH4).
Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom karbon yang berguna
dalam biosintesis purin, serin dan glisin.
8) Vitamin B12 sebagaimana
diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B12 adalah
bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan
C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.
9) Asam pantotenat terdapat dalam alam
sebagai komponen dalam molekul koenzim A. Vitamin ini diperlukan oleh tubuh
sebagai faktor pertumbuhan. Koenzim A berperan penting sebagai pembawa gugus
asetil, khususnya dalam biosintesis asam lemak.
Di
samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada pula koenzim
yang tidak berhubungan dengan vitamin, yaitu adenosine trifosfat atau ATP. Koenzim ini
termasuk golongan senyawa berenergi tinggi.
B.
ASAM NUKLEAT
1.
Pengertian Asam Nukleat
Asam nukleat adalah suatu polimer
yang terdiri atas banyak molekul nukleotida. Asam nukleat ada dua macam, yaitu
DNA dan RNA. Asam-asam nukleat terdapat pada jaringan-jaringan tubuh sebagai
nukleoprotein, yaitu gabungan antara asam nukleat dengan protein. Untuk
memperoleh asam nukleat dari jaringan-jaringan tersebut, dapat dilakukan ekstraksi
terhadap nukleoprotein terlebih dahulu menggunakan larutan garam 1M. Cara lain
untuk memisahkan asam nukleat dari protein ialah menggunakan enzim pemecah
protein, misalnya tripsin. Ekstraksi terhadap jaringan-jaringan dengan asam
triklorasetat, dapat pula memisahkan asam nukleat. Denaturasi protein dalam
campuran dengan asam nukleat ini dapat pula menyebabkan terjadinya denaturasi
asam nukleat itu sendiri. Oleh karena itu asam nukleat itu mengandung pentosa,
maka bila dipanasi dengan asam sulfat akan terbentuk furfural. Furfural ini
akan memberikan warna merah dengan anilina asetat atau warna kuning dengan
p-bromfenilhidrazina. Apabila dipanasi dengan difenilamina dalam suasana asam,
DNA akan memberikan warna biru. Pada dasarnya reaksi-reaksi warna untuk ribosa
dan dioksiribosa dapat digunakan untuk keperluan identifikasi asam nukleat.
2.
Struktur Nukleotida dan Nukleosida
Molekul
nukleotida terdiri atas nukleosida yang mengikat asam fosfat. Molekul nukleosida
terdiri atas pentosa (deoksiribosa atau ribosa) yang mengikat suatu basa
(deriva dan pirimidin). Apabila
suatu nukleoprotein
dihidrolisis sempurna akan dihasilkan protein, asam fosfat,pentosa dan
basa purin atau pirimidin. Nukleotida
terdapat sebagai molekul bebas atau berikatan dengan sesama nukleotida
membentuk asam nukleat.
Nukleosida terbentuk dari basa purin
atau pirimidin dengan ribosa atau deoksiribosa. Basa purin atau
pirimidin terikat pada pentosa oleh ikatan glikosidik, yaitu pada atom karbon. Guanosin adalah suatu
nukleosida yang terbentuk
dari guanin dengan ribosa. Beberapa
nukleosida yang terbentuk
dari basa purin atau dari basa pirimidin
dengan ribose adalah:
-
Adenin nukleosida atau Adenosin
-
Guanin nukleosida atau Guanosin
-
Urasil nukleosida atau Uridin
-
Timin nukleosida atau Timinidin
-
Sitosin nukleosida atau Sitidin
3.
Struktur DNA (Asam Deoksiribonukleat)
DNA
merupakan rangkaian nukleotida atau polinukleotida.Setiap nukleotida DNA
terdiri atas satu gugus gula pentosa yang disebut Deoksiribosa, satu gugus fosfat, dan satu
basa nitrogen. Basa
nitrogen terdiri atas Adenin(A) dan guanin (G) dari golongan purin serta
sitosin (S) dan Timin (T) dari golongan pirimidin. Gabungan antara satu basa nitrogen dan satu gugus
gula pentose disebut nukleosida. DNA
memiliki struktur heliks ganda atau seperti tangga tali yang terpilin dan
tersusun atas dua rantai polinukleotida
secara antiparalel (berlawanan) satu sama lain yaitu satu benang
berjalan dari ujung 3 ke ujung 5 dan benang lain dari ujung 5 ke ujung 3. Pasangan basa nitrogen pada DNA selalu tetap yaitu adenin dengan
timin(A-T) yang dihubungkan oleh dua ikatan hidrogen dan sitosin dengan guanin
(S-G) yang dihubungkan oleh tiga ikatan hidrogen. DNA terdapat didalam
nukleos, mitokondria, plastida dan sentriol.
4.
Struktur RNA (Asam Ribonukleat)
RNA
merupakan raingkaian nukleotida tunggal atau polinukleotida tunggal. Setiap nukleotida RNA
disebut ribonukleotida tersusun atas gula ribose, gugus fosfat, dan sebuah basa niutrogen. Basa nitrogen pada RNA
adalah adenin (A) dan guanin (G) dari
golongan purin serta sitosin (S) dan urasil (U) dari golongan pirimidin. Adenin berpasangan
dengan urasil (A-U) dan sitosin dengan guanine ( S-G). RNA dicetak oleh DNA
dalam nukleos dan digunakan untuk
mensetesis protein dalam sitoplasma. RNA dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)
RNA messenger (mRNA)
atau RNA duta (RNA d)
Berbentuk
pita tunggal,merupakan RNA terpanjang, terdapat di dalam nukleus, dan
dicetak (proses transkripsi) oleh
DNA. Berfungsi
sebagai pembawa kode informasi genetic dari DNA sehingga disebut sebagai kodon. Macam RNA d yang dicetak
tergantung pada macam protein yang akan disentesis.
2) RNA
transfer (RNA t)
Merupakan
RNA yang terpendek, terdapat
di dalam
sitoplasma, dan dicetak oleh DNA di dalam nukleus. Bertugas menterjemahkan
kodon dari RNA d dan mengangkut asam amino yang sesuai dengan kodon RNA d dari sitoplaqsma ke
ribosom untuk disusun menjadi protein (polopeptida). Setiap asam amino
memerlukan RNA t khusus.
3) RNA
ribosom (RNA r)
Terdapat
diribosom dan dicetak oleh DNA di nukleus. Berfungsi sebagai mesin perakit asam
amino pada proses sintesis protein dan bergerak ke satu arah sepanjang RNA d.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
-
Enzim adalah senyawa organik yang tersusun atas protein,
dihasilkan oleh sel, dan berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia. Setiap
Enzim memiliki tata nama yang disesuaikan dengan nama substratnya, dan kekhasan
enzim yang mempunyai daya katalitik yang
sangat
besar
dan spesifivitas yang dimilikinya.
-
Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan memiliki
peranan penting dalam reaksi metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator dan
modulator.
Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak
antara enzim dengan substrat (kompleks enzim-substrat).
-
Enzim digolongkan menurut tipe reaksi yang diikutinya dan mekanisme
reaksi,
sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease,
arginase dan lain-lain. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
kerja enzim, yaitu konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, pH, produk/hasil
reaksi, aktivator, dan inhibitor.
-
Asam nukleat adalah
suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul nukleotida. Asam nukleat ada dua
macam, yaitu DNA dan RNA.
-
Molekul nukleotida
terdiri atas nukleosida yang mengikat asam fosfat. Molekul nukleosida
terdiri atas pentosa (deoksiribosa atau ribosa) yang mengikat suatu basa (deriva
dan pirimidin).
-
DNA merupakan rangkaian
nukleotida atau polinukleotida. Setiap
nukleotida DNA terdiri atas satu gugus gula pentosa yang disebut Deoksiribosa, satu gugus fosfat, dan
satu basa nitrogen.
-
RNA merupakan rangkaian
nukleotida tunggal atau polinukleotida tunggal. Setiap nukleotida RNA
tersusun atas gula ribose, gugus
fosfat, dan
sebuah basa nitrogen.
2.
Saran
Dengan mempelajari makalah yang singkat ini
diharapkan kita dapat mengetahui apa itu enzim dan asam nukleat.
DAFTAR PUSTAKA
Murray
RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV, Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian
Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
http://www.google.co.id. Diakses tanggal 20 Februari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar